MAKALAH
ASSESSMENT OF CRITICAL THINKING
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Penilaian Autentik yang
dibimbing oleh Bapak Dr. Sentot Kusairi, M.Si
Oleh:
Kelompok 5/ Kelas C
1. Irma
Rahmawati/ 150321806278
2. John
Rafafy Batlolona/ 150321806313
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
NOVEMBER 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari manusia
selalu dihadapkan pada suatu permasalahan, pilihan, kesimpulan, dan pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan harus didasarkan pada pemikiran atau
pertimbangan tertentu agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri-sendiri
maupun orang lain. Oleh karena itu,
diperlukan suatu keterampilan proses berpikir dalam menyelesaikan masalah,
salah satunya adalah berpikir kritis (critical
thinking).
Berpikir
kritis merupakan keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang di abad 21 (Mukminan, 2014). Abad ke 21 merupakan era kemajuan
teknologi dan informasi yang telah mengakibatkan semakin meleburnya
dimensi “ruang dan waktu” sehingga informasi mudah diakses dimanapun dan
kapanpun. Kemudahan
akses tersebut mengakibatkan kuantitas informasi yang diterima semakin besar. Kuantitas informasi yang besar tersebut harus
berkolerasi positif dengan kemampuan filterisasi
informasi. Filterisasi informasi dilakukan dengan berpikir kritis melalui
proses bernalar, membuat penilaian, dan kesimpulan mengenai informasi yang
diterima (Willingham, 2007).
Terlebih lagi di akhir tahun 2015 akan
diberlakukan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Negara-negara di kawasan Asia
Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Terciptanya
kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa,
investasi, modal, dan skilled labour
menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara (Almasyhari, 2015). Oleh karena itu, kondisi masyarakat Indonesia saat
ini dengan jumlah penduduk terbesar di Asean akan menjadi sasaran konsumen bagi
negara-negara yang lebih produktif. Situasi semacam ini menuntut masyarakat
untuk berpikir kritis terhadap informasi-informasi maupun produk-produk yang
masuk Indonesia agar sikap konsumtif ini tidak selalu merugikan bagi masyarakat
Indonesia.
Kemampuan berpikir kritis berlaku
universal yaitu diperlukan dalam semua bidang. Kemampuan ini harus dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari agar seseorang terbiasa untuk berpikir kritis
sehingga dapat memecahkan masalah dengan solusi yang tepat. Aspek dan metode
pengukuran kemampuan berpikir kritis akan dijelaskan dalam makalah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan critical thinking?
2.
Apa
saja indikator pengukuran critical
thinking?
3.
Bagaimana
metode dan contoh instrumen pengukuran critical
thinking?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
definisi critical thinking.
2. Mengetahui indikator pengukuran critical thinking.
3. Mengetahui metode dan contoh instrumen
pengukuran critical thinking.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Critical Thinking
Berpikir kritis (critical thinking) merupakan salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/ HOTS). Keterampilan ini diasosiasikan dengan tiga
level teratas taksonomi Bloom. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa taksonomi
Bloom ditujukan untuk pengkategorian tujuan pembelajaran, sedangkan HOTS
seperti halnya berpikir kritis merupakan skala proses yang lebih luas yang
merefleksikan perilaku manusia (Cimer, dkk, 2013).
Ratusan tahun lalu orang-orang telah
berpikir tentang ‘critical thinking’
dan telah melakukan penelitian tentang cara untuk mengajarkannya. Sebelumnya
Socrates telah menggunakan pendekatan ‘critical
thinking’ dalam pembelajaran. Akan tetapi pada tahun 1909 John Dewey-lah
yang dianugrahi sebagai “father of the
modern critical thinking” (Fisher, 2001). John Dewey adalah seorang ahli filsafat dari
Amerika, psikolog, dan pengajar. Dia mengemukakan pendapatnya tentang critical thinking dengan istilah reflective thinking.
Reflective thinking is defined as active, persistent, and
careful consideration of a belief or supposed form of knowledge in the light of
the grounds which support it and the further conclusions to which it tends.
Definisi
John Dewey tentang critical thinking menekankan pada beberapa istilah. Active process menekankan pada proses
memikirkan sesuatu dengan pikiran sendiri, mengembangkan pertanyaan untuk diri
sendiri, menemukan informasi yang relevan sendiri daripada mempelajari sesuatu
secara pasif dari orang lain. Persistent,
and careful artinya tidak berpikir unreflecting
misalnya saat kita membuat keputusan mendadak tanpa berpikir mendalam. The grounds which support it and the further
conclusions to which it tends artinya kita harus memiliki penalaran
terhadap apa yang kita yakini dan mengaplikasikan apa yang kita yakini. Oleh
karena itu penalaran menjadi kunci dari critical
thinking. Namun demikian, critical
thinking tidak hanya sebatas pada menalar, namun lebih dari itu. Sejalan
dengan pendapat John Dewey, Robert Ennis pada tahun 1989 juga berkonstribusi
terhadap perkembangan critical thinking.
Ia mendefinisikan critical thinking
sebagai cara berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan untuk memutuskan
apa yang dipercaya dan dapat diperbuat oleh individu (Fisher, 2001).
Pada tahun 1988-1989, asosiasi
filsuf Amerika mengadakan konsensus Delphi yang melibatkan sejumlah ahli bidang
filsafat, pendidikan, pengetahuan sosial, dan pengetahuan alam. Konsensus
tersebut membahas tentang critical
thinking (a statement of expert consensus for purposes of educational
assessment and instruction). Hasilnya, critical
thinking didefinisikan sebagai kemampuan menilai pikiran sendiri atas hasil
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan eksplanasi untuk menghasilkan
keputusan yang mempertimbangkan konsep, metodologi, kriteria, dan konteks
(Facione, 1990).
Sejalan dengan hasil konsensus tentang critical thinking, Epstein (2006) dan
Varaki (2006) menyatakan bahwa untuk membuat argumen maupun judgement yang baik, kita harus
mengevaluasi klaim atau argumen yang kita yakini baik dan benar. Lebih luas lagi, Judge (2009) mendefinisikan
berpikir kritis sebagai kemampuan untuk berpikir tentang pikiran sendiri sehingga dapat mengenali kekuatan
dan kelemahan pemikiran tersebut. Sebagai hasilnya,
kita dapat merekonstruksi pemikiran kita dalam rangka meningkatkan kualitas pikiran kita. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka perlu untuk mempertanyakan pandangan diri sendiri
dan berpikiran terbuka terhadap
ide-ide dan pandangan orang lain.
Dari
beberapa pendapat para ahli tentang kemampuan berpikir kritis di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical
thinking) adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi
informasi secara sistematis untuk mengambil keputusan secara tepat.
B.
Indikator Pengukuran Critical Thinking
Kemampuan
berpikir kritis dapat diukur berdasarkan aspek atau indikator pengukuran. Ennis (dalam Costa, 1985) mengungkapkan kemampuan berpikir kritis dikelompokkan ke dalam lima
aspek kemampuan, yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)
2. Membangun keterampilan dasar (basic support)
3. Menyimpulkan (inference)
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification)
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics)
Kelima aspek
kemampuan berpikir kritis ini dijabarkan menjadi 12 indikator.
Penjelasan mengenai 12 indikator tersebut disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel
2.1 Kemampuan Berpikir Kritis menurut Robert H. Ennis
Aspek
Berpikir Kritis
|
Indikator
Berpikir Kritis
|
Penjelasan
|
Elementary
clarification
(memberikan
penjelasan
sederhana)
|
1. Memfokuskan pertanyaan.
|
a.
Mengidentifikasi dan merumuskan
Pertanyaan
b.
Mengidentifikasi dan merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin.
|
2.
Menganalisis argumen
|
a.
Mengidentifikasi kesimpulan.
b.
Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit).
c.
Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit).
d.
Mencari persamaan dan perbedaan.
e.
Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan.
f.
Mencari struktur dari suatu argumen
g.
Membuat ringkasan.
|
|
3.
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.
|
a.
Mengapa demikian ?
b.
Apa inti utamanya?
c.
Apa yang Anda maksudkan?
d.
Mana yang merupakan contoh dan bukan contoh?
e.
Bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut?
f.
Perbedaan apa yang menyebabkannya?
g.
Apa faktanya?
h.
Inikah yang Anda katakan?
i.
Akankah Anda menyatakan lebih dari itu?
|
|
Basic support
(membangun
keterampilan
dasar)
|
4.
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber.
|
a.
Kelemahan dari permasalahan yang bersangkutan
b.
Kesepakatan antar sumber.
c.
Reputasi.
d.
Menggunakan prosedur yang telah diakui.
e.
Mengetahui resiko berdasarkan reputasi.
f.
Kemampuan memberikan alasan.
g.
Kebiasaan hati-hati.
|
5.
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
|
a.
Sedikit mengambil kesimpulan yang berbelit-belit.
b.
Interval waktu singkat antara observasi dan pembuatan laporan.
c.
Laporan yang dibuat oleh observer, lebih baik dari yang dibuat orang lain.
d.
Merekam gambaran secara umum.
|
|
Inference
(membuat
inferensi)
|
6.
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.
|
a.
Kelompok yang logis.
b.
Kondisi yang logis.
c.
Interpretasi pernyataan.
|
7.
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
|
a.
Membuat generalisasi: kekhususan data, pengambilan contoh, tabel dan grafik.
b.
Membuat penjelasan dari suatu kesimpulan dan hipotesis.
c.
Menyelidiki, yaitu merancang eksperimen termasuk merencanakan dalam mengendalikan variabel, mencari bukti di luar bukti yang telah ada, mencari penjelasan lain yang mungkin.
d.
Memberikan kriteria yang layak dalam membuat asumsi.
e.
Bukti-bukti yang menguatkan dan kemungkinan dari kuat tidaknya bukti-bukti tersebut.
f.
Kondisi akses yang baik.
g.
Penggunaan teknologi yang kompeten.
h.
Kepuasan observer atas kredibilitas kriteria.
|
|
8.
Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.
|
a.
Latar belakang fakta
b.
Konsekuensi.
c.
Penerapan yang utama terhadap prinsip-prinsip yang dapat diterima.
d.
Mempertimbangkan berbagai alternatif.
e.
Menyesuaikan, menimbang dan memutuskan.
|
|
Advance
clarification
(memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
|
9.
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
|
a.
Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ungkapan yang setara, operasional, contoh dan noncontoh.
b.
Strategi definisi (tindakan, mengidentifikasi persamaan)
c.
Isi.
|
10. Mengidentifikasi asumsi.
|
a.
Penalaran secara implisit.
b.
Diperlukan asumsi: merekonstruksi argumen.
|
|
Strategy and
tactics
(mengatur
strategi dan
taktik)
|
11. Memutuskan suatu tindakan.
|
a.
Mendefinisikan masalah.
b.
Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi.
c.
Merumuskan alternatif solusi.
d.
Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentatif.
e.
Melakukan tinjauan ulang.
f.
Memonitor implementasi.
|
12. Berinteraksi dengan orang lain.
|
a.
Bereaksi terhadap label yang keliru.
b.
Strategi logis.
c.
Menyampaikan secara lisan atau tertulis.
|
Sumber: (Ennis dalam Costa, 1985)
Konsensus Delphi pada tahun
1988-1989 yang diikuti oleh para ahli dalam bidang filsafat,
pendidikan, pengetahuan sosial, dan pengetahuan alam menghasilkan 6 indikator berpikir kritis, yaitu interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Facione, 2015).
Definisi dan sub-skill masing-masing
indikator dijelaskan dalam tabel 2.2.
Tabel
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis menurut Delphi
Report
Indikator
|
Definisi
|
Subskill
|
Interpretation
|
kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau
maksud suatu pengalaman, situasi, data, peristiwa, keputusan, konvesi,
kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.
|
Mengkategorikan, mengkodekan data, memperjelas makna
|
Analysis
|
kemampuan untuk
mengidentifikasi gagasan atau argumen untuk manyatakan kepercayaan,
keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.
|
Menguji gagasan, mengidentifikasi argumen, menganalisis argumen
|
Evaluation
|
kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau
penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang,
pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan. |
Menilai kredibilitas klaim, menilai kualitas argumen
yang telah dibuat dengan penalaran induktif dan deduktif.
|
Inference |
kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur
yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan. |
Mempertanyakan pernyataan, memikirkan alternatif,
menarik kesimpulan
|
Explanation
|
kemampuan
untuk menyatakan hasil proses reasoning
seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti,
konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal.
|
Menyatakan hasil, menjelaskan metode, mengemukakan
argumen
|
Self regulation
|
kesadaran
seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, unsur-unsur yang digunakan
dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan
mengaplikasikan keterampilan menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri
dalam mengambil kesimpulan.
|
Memeriksa dan mengoreksi diri sendiri
|
Sumber:
(Facione, 2015)
Selain itu, Watson dan Glaster (2008) juga
menyatakan pendapatnya tentang kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir
kritis seseorang dapat diketahui dengan
mengukur 5 aspek yaitu inference,
recognition of assumptions, deduction, interpretation, dan evaluation of
argument. Lima aspek ini diukur melalui alat tes yang disebut Watson
Glaster Critical Thinking Aprasial (WGCTA). Kelima aspek yang diukur dijelaskan sebagai
berikut.
1.
Inference, yaitu membedakan
derajat kebenaran dan kesalahan suatu kesimpulan
yang diambil dari data yang diberikan.
2.
Recognition of Assumptions, yaitu mengenali
asumsi tak tertulis atau pengandaian dari
pernyataan yang diberikan.
3. Deduction, yaitu menentukan
apakah kesimpulan tertentu harus mengacu pada informasi dalam pernyataan atau premis yang diberikan.
4. Interpretation, yaitu mempertimbangkan
bukti dan memutuskan apakah
generalisasi atau kesimpulan berdasarkan data yang diberikan.
generalisasi atau kesimpulan berdasarkan data yang diberikan.
5. Evaluation of Arguments, yaitu membedakan
antara argumen yang kuat dan relevan dengan argumen yang lemah atau tidak
relevan terhadap isu tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan berpikir seseorang dapat diukur
menggunakan indikator-indikator yang diungkapkan oleh beberapa ahli. Pemilihan
indikator yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
bergantung pada konteks penelitian.
C. Metode dan Contoh Instrumen Pengukuran Ctitical Thinking
Kemampuan berpikir kritis (critical
thiking) dapat diukur dengan beberapa cara atau metode. Menurut Ennis
(2001) kemampuan berpikir kritis dapat diukur menggunakan tes standart yang
telah dikembangkan oleh beberapa ahli dan tes yang dikembangkan sendiri oleh
peneliti. Tes standart untuk mengukur kemampuan berpikir kritis diantaranya
adalah California
Critical Thinking Skill Test (CCTST) yang telah
dikembangkan oleh Facione dan Watson Glaster Critical Thinking
Aprasial (WGCTA) yang
dikembangkan oleh Watson-Glaser.
1. Watson
Glaster Critical Thinking Aprasial (WGCTA)
WGCTA oleh
Watson Glaster adalah sebuah contoh alat yang menggunakan metode mengukur outcome berpikir kritis dari komponen
atau stimulus yang diberikan. Elemen berpikir kritis yang dinilai dalam alat
ukur ini adalah inference,
recognition of assumptions, deduction, interpretation, dan evaluation of
argument (Watson & Glaser, 2008). Setiap
indikator diwakili oleh satu soal dengan cara pengerjaan yang berbeda. WGCTA ini biasanya digunakan untuk tes
masuk kerja. Contoh soal tes WGCTA dapat dilihat dalam Lampiran 1.
2. California Critical Thinking
Skill Test (CCTST)
California Critical Thinking Skill Test (CCTST)
adalah salah satu jenis instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
Instrumen ini dikembangkan berdasarkan hasil konsensus para ahli di Amerika
dengan menggunakan pendekatan berpikir induktif dan deduktif yang telah diuji
validitas dan realibilitasnya. CCTST mengukur 5 elemen berpikir kritis yaitu analysis, evaluation, inference, deduktif
and induktif reasoning secara umum. Instrumen tes dapat dibeli melalui http://www.insightassessment.com.
Contoh soal tes dalam CCTST disajikan dalam Lampiran 2.
Selain
tes standart, Ennis (1993) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat
diukur melalui instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti. Instrumen yang
dibuat harus berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis. Bentuk tes untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis berupa soal pilihan ganda beralasan, soal
uraian, dan tes performance. Contoh
instrumen soal berpikir kritis dan rubrik penilaiannya dapat dilihat dalam
Lampiran 3.
Lebih
lanjut lagi, Ennis menyarankan lebih baik menggunakan soal uraian yang karena
dapat mengetahui pikiran siswa secara komprehensif. Contoh soal uraian yang
digunakan untuk mengases kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan oleh
Erceg, dkk (2013). Mereka menyelidiki kemampuan berpikir kritis siswa
menggunakan dua soal ill-defined physics
problem. Soal pertama meminta
siswa untuk mengenali asumsi yang salah dalam pernyataan (recognition of asumption) yang diberikan
berikut.
Problem 1
Wishing to measure
body mass, the girl stands on the scale
and reads the value
of 30 kg. If she takes a kids’ helium balloon
in hand, the scale
shows the lower value.
a.
What is the mass of the girl with a
balloon that reads on
the scale if
buoyancy of the balloon is 100 N? (g ≈10 m/s))
b.
Are the data in the problem realistic?
Why?
Pada
soal ke dua, siswa diharapkan untuk menemukan data yang tidak
relevan dalam informasi yang disajikan dan menemukan data yang relevan namun
tidak ditemukan dalam informasi
yang diberikan (evaluation).
Problem 2
The tennis player serves a ball with the speed 36 m/s. A third of a second later, a poorly served
ball stops suddenly at the net 12 m away. What is the stopping
acceleration of the ball? (Air resistance is negligible.)
What would you answer to him?
Penilaian terhadap
jawaban siswa pada soal 1 dan 2 dilakukan dengan memberikan judgement benar atau salah. Benar
artinya siswa dapat mengenali asumsi yang salah dan mengevaluasi data yang
kurang relevan. Salah berarti siswa menjawab permasalahan menggunakan konsep
fisika namun tidak mengenali asumsi yang salah dan data yang tidak relevan.
Jawaban siswa yang berbentuk uraian dapat dinilai dengan
membuat rubrik penilaian. Contoh instrumen dan rubrik penilaian yang telah dikembangkan
oleh St. Peternburg College (2009) topik water
conservation dapat dilihat pada Lampiran 4. Rubrik ini dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis di berbagai bidang dengan membuat scenario atau soal yang dapat
disesuaikan dengan keinginan peneliti.
Tes performance untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk membuat essay
dalam topik tertentu. Penilaian dilakukan berdasarkan rubrik penilaian yang
disusun berdasarkan indikator-indikator berpikir kritis. Contoh rubrik tes performance untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Lampiran 5.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Berpikir kritis merupakan proses
mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara sistematis untuk
mengambil keputusan secara tepat.
2.
Indikator pengukuran kemampuan
berpikir kritis menurut Ennis adalah elementary clarification, basic support, inference, advance clarification,
strategy and tactics. Menurut Facione, 6 indikator berpikir
kritis, yaitu interpretation, analysis,
evaluation, inference, explanation, dan
self regulation. Sedangkan menurut Watson dan Glatser kemampuan berpikir
kritis diukur melalui 5 aspek yaitu inference,
recognition of assumptions, deduction, interpretation, dan evaluation of
argument.
3. Kemampuan berpikir kritis dapat diukur
menggunakan instrumen tes standart dan instrumen yang dikembangkan sendiri oleh
peneliti. Contoh instrumen tes standart di antaranya adalah WGCTA dan CCTST.
Instrumen tes yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dapat berupa soal pilihan
ganda beralasan, soal uraian, dan tes performance.
B. Saran
Berpikir kritis
merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis khususnya pada
materi fisika sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, Siti. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMAN 3 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.
Almasyhari, K. A. 2015.
Kesiapan Indonesia dalam Pasar Bebas
ASEAN melalui Penguatan Implementasi Corporate Governance yang Sehat. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional Universitas Bung Hatta, Padang, 27-28 Agustus
2015. (Online), (http://bunghatta.ac.id/files/public/avatars/presentasi_mea_dr._h._abdul_kharis_almasyhari_se._m.si._akt..pdf), diakses
18 November 2015.
Cimer, A.,
Timucin, M., & Kokoc, M. 2013. Critical Thinking Level of Biology
Classroom
Survey: Ctlobics. The Online Journal of
New Horizons in education, (Online), 3 (1): 15-24, (http://www.tojned.net/pdf/v03i01/v03i01-02.pdf),
diakses 18 November 2015.
Costa,
L. R. 1985. Developing Minds: A Resource
Book for Teaching Thinking. Washington: ERIC
Cowley, J. B.,
Lindgren A., & Langdon, D. 2006. Using Self-Experiment and Single Subject
Methodology to Promote Critical Thinking. InSight:
A Journal of Scholarly Teaching, (Online), 1: 26-40, (http://www.researchgate.net/publication/26495225_Using_Self-Experimentation_and_Single-Subject_Methodology_to_Promote_Critical_Thinking),
diakses 18 November 2015.
Ennis, H. R.
1993. Critical Thinking Assessment. Theory
Into Practice, (Online), 32 (3): 179-186, (http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical%20Thinking
%20Assessment.pdf), diakses 18 November 2015.
Epstein,
L. R. & Kernberger, C. 2006. Critical
Thinking. Canada: Thomson Wadsworth.
Erceg, N.,
Aviani, I., & Mesic, V. 2013. Probing Students’s Critical Thinking
Processes by Presenting Ill-defined Physics Problems. Revista Mexicana de Fisica, (Online), 59 (1): 65-76, (http://www.scielo.org.mx/scielo.php?pid=S1870-35422013000100008&script=sci_abstract&tlng=en),
diakses 18 November 2015.
Facione,
A. 1990. Critical Thinking: A Statement
of Expert Consensus for Purpose of Educational Assessment and Instruction.
California: The California Academi Press.
Facione, A.
2015. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. California: Measured Reasons LLC,
(Online), (www.insightassessment.com),
diakses 19 November 2015.
Fisher, A. 2001. Critical Thinking. United Kingdom:
Cambridge University Press.
Judge,
Brenda, dkk. 2009. Critical Thinking
Skills for Education Students. Great Britain: Learning Matters Ltd.
Mukminan.
2014. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Pendayagunaan Teknologi Pendidikan. Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Teknologi Pendidikan, Surabaya, 29 November 2014. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
penelitian/dr-mukminan/ba-28-mkltp-unnesatantangan-pddk-di-abad-21.pdf),
diakses 18 November 2015.
St. Peternburg
College. 2009. Student Success -
Measuring Critical Thinking Using Rubrics, (Online), (http://www.spcollege.edu/criticalthinking/students/rubrics.htm),
diakses 18 November 2015.
Varaki, B. S.
2006. A Reflection on Three Web-Based
Teaching Critical
Thinking: Toward A Compromise Approach. Journal of Faculty Educational Sciences
Ankara University, (Online), 39 (2):
177-191, (http://dergiler.ankara.edu.tr/
dergiler/40/151/1096.pdf), diakses 19 November 2015.
Watson, G.,
& Glaser, M. E. 2002. Watson-Glaser
Critical Thinking Apprasial – UK Edition. London: Pearson Assessment.
Watson, G.,
& Glaser, M. E. 2008. Critical
Thinking Apprasial. USA: Pearson Education Inc.
Willingham, T.
D. 2007. Critical Thinking. America:
American Educator
Lampiran 1
Watson-Glaser Critical Thinking Apprasial
Sumber:
(Watson & Glaser, 2002)
Lampiran 2
Contoh
soal tes dalam CCTST
For Sample
Questions 1, 2 and 3 please consider this information :
A scientific
study compared two matched groups of college women. The women in both groups
were presented with information about the benefits of a healthy diet and
regular exercise. The women in one group were paired up with one another and
encouraged to work as two-person teams to help each other stick with the
recommended healthy regimen of smart eating and regular vigorous exercise. The
women in the other group were encouraged to use the same recommended regimen,
but they were also advised to work at it individually, rather than with a
partner or teammate. After 50 days the physical health and the well-being of
all the women in both groups were evaluated. On average the women in the first
group (with teammates) showed a 26 point improvement in measures of
cardiopulmonary capacity, body strength, body fat reduction, and sense of
well-being. On average the women in the other group (encouraged to work as
individuals) showed a 17 point improvement on those same measures. Using
statistical analyses the researchers determined that the probability that a
difference of this size had occurred by chance was less than one in 1000.
Sample Thinking Skills Question #1.
If true, these research findings would tend to support
which of the following assertions?
A.
A college woman cannot achieve
optimal health functioning without a
teammate.
B.
Universities should require all
students living in campus residence halls to participate in a health regime of
smart eating and regular vigorous exercise.
C.
A healthy diet will cause one to
have better mental health and physical strength.
D.
This research study was funded by a
corporation that makes exercise apparel.
E.
A regimen of smart eating and
regular exercise is related to better health.
Sample
Thinking Skills Question #2.
If the
information given in the case above were true, which of the following
hypotheses would not need to be ruled out in order to confidently claim that
for the majority of young adults a regimen of smart eating and regular vigorous
exercise will result in significant improvements in one's overall health.
A.
This study was about women, the
findings cannot be generalized to include men.
B.
Since the study began to solicit
willing participants before the Research Ethics Review Committee of the college
gave the research project its formal approval to gather data, the findings are
invalid.
C.
Some women in the study
over-reported their compliance with the eating and exercise regimen, which led
the researchers to underestimate the full impact of the regimen.
D.
Since many of those studied
described themselves as overweight or out of shape when the study began, a
similar regimen will not benefit people who are healthier to start with.
E.
The performance tests used to
evaluate the health and well-being of females may not be appropriate for
evaluating the health and well-being of males.
Sample Thinking Skills Question #3.
Consider the claim, "Working with a teammate or
partners on a health regimen is better than working individually." Which
of the following additional pieces of information would not weaken that claim?
A.
Most of the women in the group that
was encouraged to work individually actually worked with friends and partners
who were not part of the study.
B.
Most of the pairings and teams
created in the first group (with teammates) fell apart after a few days and the
women in that group actually worked individually.
C.
There was something about the women
in the first group (with teammates) that the researchers overlooked, thus
invalidating the intended matching of the two groups.
D.
Men are more likely to work alone,
so any recommendation that men find a teammate or partner to support them in
sticking with the regimen will be ignored.
E.
The study was undertaken when there
were no exams or major projects due, thus the results about working with a
teammate do not apply to more stressful times of the year.
Sumber:
CCTST Insight Assessment
Lampiran
3
Instrumen
soal dan rubrik penilaian berpikir kritis
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar
kinematika dan dinamika benda titik
Kompetensi Dasar : 2.2 Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan
dan percepatan konstan
No.
|
Aspek yang diukur
|
Indikator pencapaian kompetensi
|
Indikator butir soal
|
Butir soal
|
Kunci jawaban
|
Rubrik
|
||||
Jawaban
|
sekor
|
|||||||||
1.
|
Merumuskan
masalah
(menyusun
pertanyaan)
|
Mendefinisi
kan besaran fisika pada gerak lurus berdasarkan besaran skalar dan vektor
-
Jarak
dan perpindahan
-
Kelajuan
dan kecepatan
|
Setelah
diberi permasalahan tentang GLB siswa dapat menyusun pertanyaan yang memberi
arahan untuk memperoleh jawaban arah vektor kecepatan
|
Seorang
perenang ingin menyeberangi sebuah sungai yang lebarnya 400 m. dia berangkat
dari titik A dan harus mencapai tepat di sisi lain sungai yaitu titik B
seperti gambar. Kecepatan maksimum yang dapat dicapai oleh perenang adalah 5
m/s sedangkan arus sungai pada saat itu adalah 3 m/s. Pertanyaan yang dapat
membantu perenang tersebut adalah...
a.
Berapa
kecepatan perenang?
b.
Kemana
arah perenang harus berenang?
c.
Berapa
jarak yang harus ditempuh perenang?
d.
Berapa
waktu yang harus ditempuh perenang?
e.
Kepan
perenang harus berenang?
Alasan: ...
|
B.
Karena
dengan mengetahui arah kecepatan yang tepat akan diperoleh resultan vektor
kecepatan yang tegak lurus vektor arus
|
B.
Karena dengan mengetahui arah kecepatan yang tepat akan diperoleh resultan
vektor kecepatan yang tegak lurus vektor arus
|
3
|
|||
B.
alasan kurang tepat, misalnya karena dengan mengetahui arah kecepatan yang
tepat akan diperoleh resultan vektor kecepatan yang tepat/ titik B tepat
tegak lurus A maka arah kecepatan juga harus yang tegak lurus vektor arus.
|
2
|
|||||||||
B.
tanpa alasan
|
1
|
|||||||||
Jawaban
salah atau tidak menjawab
|
0
|
|||||||||
2.
|
Menganali
sis argumen
(memberi
kan argumen dengan
alasan yang sesuai)
|
Membedakan besaran
fisik apada gerak lurus berdasarkan besaran skalar dan vektor
-
Jarak
dan perpindahan
-
Kelajuan
dan kecepatan
|
Setelah diberi gambar
dan dialog siswa tentang angka yang ditunjukkan speedometer siswa dapat
menganalisis kekurangan atau kesalahan dalam suatu pernyataan
|
Dua orang siswa
mengendarai sepeda motor dan memperhatikan jarum speedometer pada saat
tertentu.
Perhatikan pernyataan
kedua siswa berikut ini.
Siswa 1: kelajuan
rata-rata sepeda motor ini adalah 82,5 km/jam
Siswa 2: menurutku
kelajuan sepeda motor saat ini adalah 82,5 km/jam
Pernyataan siswa yang
benar adalah....
a.
Siswa
1, karena selama gerakannya kelajuan sepeda motor 82,5 km/jam
b.
Siswa
2, karena speedometer menunjukkan kecepatan saat itu
c.
Siswa
1, karena kelajuan sepeda motor berubah-ubah
d.
Siswa
2, karena speedometer hanya menunjukkan nilai kecepatan saat itu
e.
Siswa
2, karena kecepatan bergantung pada arah perpindahan
Alasan: ...
|
D.
Speedometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kelajuan benda karena dalam speedometer tidak
ditunjukkan arah gerakan tetapi hanya nilai.
|
D.
Speedometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kelajuan benda karena dalam speedometer tidak
ditunjukkan arah gerakan tetapi hanya nilai.
|
3
|
|||
D.
alasan
kurang tepat misalnya, karena speedometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kelajuan
|
2
|
|||||||||
D.
tanpa alasan
|
1
|
|||||||||
Jawaban
salah atau tidak menjawab
|
0
|
|||||||||
3.
|
Melakukan
evaluasi
(memberi
kan
alternatif solusi)
|
Menyelesai
kan masalah mengguna
kan persamaan yang menunjukkan gerak dipercepat
beraturan pada lintasan lurus, termasuk gerak benda jatuh dalam medan
gravitasi tanpa gesekan udara
|
Setelah siswa diberi gambar 4 buah bola yang
dilempar dengan arah yang berbeda siswa dapat menentukan kecepatan benda
sampai di tanah
|
seorang anak melempar sebuah bola dari atap rumah
kepada temannya yang berada di bawah. Berikut ini beberapa alternatif yang
dapat diberikan.
Bola yang sampai di tanah dengan kecepatan yang
sama adalah...
a.
A
dan B
b.
B
dan C
c.
A
dan C
d.
C
dan D
e.
D
dan A
Alasan: ...
|
A, Pada gambar A dan B besar dan arah kecepatan
pada titik yang sama adalah sama sehingga kecepatan sampai di tanah juga sama
|
A, karena pada gambar A dan B besar dan arah
kecepatan pada titik yang sama adalah sama sehingga kecepatan sampai di tanah
juga sama
|
3
|
|||
A, alasan kurang lengkap atau tepat, misalnya
karena percepatan awal dan percepatan kedua benda sama
|
2
|
|||||||||
A, tanpa alasan
|
1
|
|||||||||
Jawaban salah atau tidak menjawab
|
0
|
|||||||||
4.
|
Melalukan
deduksi
(Mende duksi secara logis)
|
Menganali
sis besaran pada gerak vetikal gerak jatuh bebas, vertikal ke atas dan gerak
vertikal ke bawah
|
Setelah
siswa diberi masalah tentang percepatan gerak vertikal keatas siswa dapat
menentukan percepatan benda ketika jatuh
|
Sebuah
bola ketika dilempar ke atas mengalami perlambatan sebesar percepatan
gravitasi di temapt itu. Jika bola tersebut jatuh bebas, maka percepatannya
adalah ...
a.
Lebih
besar g
b.
Lebih
kecil dari g
c.
Sama
dengan g
d.
Tergantung
massa bola
e.
Tergantung
ketinggian bola dijatuhkan.
Alasan
.....
|
C,
Pada
gerak vertikal hanya dipengaruhi gravitasi jika gesekan udara diabaikan
sehingga percepatan sama dengan g
|
C,
karena
pada gerak vertikal dipengaruhi gravitasi jika gesekan udara diabaikan
sehingga percepatan sama dengan g
|
3
|
|||
C,
Alasan
kurang tepat misalnya, karena keduanya sama-sama gerak vertikal
|
2
|
|||||||||
C, Tanpa
alasan
|
1
|
|||||||||
Jawaban
salah atau tidak menjawab
|
0
|
|||||||||
5.
|
Melakuan induksi
(Membuat
kesimpulan berdasarkan data)
|
Mengguna
kan metode grafik untuk menggam barkan perpindahan, kelajuan, percepatan, dan
percepatan.
|
Setelah
siswa diberikan grafik perpindahan siatu benda siswa dapat membuat kesimpulan
atau hipotesis gerakan benda
|
Berikut
adalah grafik perpindahan terhadap waktu dari gerakan suatu bola. Pertanyaan
yang tepat untuk menggambarkan gerakan bola adalah ....
s
t
a.
Bola
menggelinding pada permukaan datar. Kemudian menggelinding meneruni bukit dan
kemudian berhenti.
b.
Mula-mula
diam. Kemudian menggelinding menuruni bukit dan akhirnya berhenti
c.
Bola
bergerak dengan kecepatan tetap. Kemudian melambat dan akhirnya berhenti.
d.
Mula-mula
bola diam. Kemudian bergerak mundur dan akhirnya berhenti.
e.
Bola
bergerak pada permukaan datar, bergerak menuruni bukit dan kemudian tetap
bergerak.
Alasan
....
|
D.
v Grafik s-t datar berarti mobil tidak berubah
posisinya.
v Grafik s-t berupa garis
lurus dan menurun dan artinya benda bergerak secara GLBB dengan arah
kecepatan berlawanan dengan gerakan awal (berbalik atau mundur)
|
D.
v Grafik s datar berarti mobil berubah
posisinya.
v Grafik s berupa garis lurus dan menurun
artinya benda bergerak secara GLBB dengan arah kecepatan berlawanan dengan
gerakan awal (berbalik atau mundur)
|
3
|
|||
D.
Alasan
kurang lengkap atau tepat misalnya,
v Grafik s datar berarti mobil berubah
posisinya
v Grafik s berupa garis lurus dan menurun
artinya benda bergerak secara GLBB
|
2
|
|||||||||
D, tanpa
alasan
|
1
|
|||||||||
Jawaban
salah atau tidak menjawab
|
0
|
|||||||||
6.
|
Memahami
masalah
(Menyusun pertanya an)
|
Menurun
kan persamaan-persamaan yang menggambarkan gerak dipercepat neraturan dari
definisi kecepatan dan percepatan
|
Setelah
siswa diberi permasalahan tentang GLBB siswa dapat menentukan pertanyaan yang
dapat membantu untuk menentukan kapan Polisi dapat mengejar mobil dengan
cepat
|
Sebuah
mobil bergerak dengan kelajuan tinggi dan konstan melewati polisi bersembunyi
dibalik papan iklan. Seketika itu juga polisi tersebut berangkat untuk
menangkap mobil tersebut. Pertanyaan yang dapat diberikan agar polisi
tersebut dapat mengejar pengendara secepatnya adalah ....
a.
Berapa percepatan polisi?
b.
Berapa kecepatan polisi?
c.
Dimana polisi dapat menyusul mobil?
d.
Kapan polisi dapat menyusul mobil?
e.
Berapa jarak antara mobil dan polisi?
Alasan
....
|
A,
Mula
–mula polisi diam, v=0. Untuk mengejar mobil polisi harus mencapai kecepatan
tertentu yaitu > vmobil maka polisi harus memiliki percepatan
tertentu. semakin besar percepatan semakin besar perubahan kecepatan dan
jarak yang ditempuh
|
A,
karena mula-mula polisi diam, v = 0. Untuk mengejar mobil polisi harus
mencapai kecepatan tertentu yaitu > vmobil maka polisi harus memiliki percepatan
tertentu. semakin besar percepatan semakin besar perubahan kecepatan dan
jarak yang ditempuh
|
3
|
|||
A,
Alasan
kurang lengkap atau tepat misalnya,
v karena
mula-mula polisi diam, v = 0. Untuk mengejar mobil polisi harus mencapai
kecepatan tertentu yaitu > vmobil maka polisi harus memiliki
percepatan tertentu.
v karena
mula-mula diam, v = 0 untuk mengejar mobil polisi harus mencapai kecepatan
tertentu.
v karena
semakin besar percepatan semakin besar perubahan kecepatan dan jarak yang
ditempuh
|
2
|
|||||||||
A,
tanpa alasan
|
1
|
|||||||||
|
Jawaban
salah atau tidak dijawab
|
0
|
Sumber: (Aliah, 2012)
Lampiran
4
Contoh
instrumen dan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis topik water
conservation oleh St. Peternburg College
Library
ARC Scenario
Water
Conservation:
Although
75% of the earth’s surface is covered in water only about 1% is suitable for
human consumption. As a result, water conservation is extremely important and
protecting our precious water supply not only protects our environment, but
also the economy and our health. The lack of rainfall coupled with the fact
that the water table has dropped significantly in the Tampa Bay area is
worrisome. Providing enough water for the current population is critical, so
local and state governments have mandated water conservation and restrictions.
Some
Tampa Bay residents are concerned and have started conserving water in a
variety of ways. Some residents are conserving water at the tap. For instance,
they are turning off the water when they brush their teeth and/or shave, they
are not flushing their toilets every time they use them, and they are repairing
leaky faucets. Some residents use appliances to help conserve water. For
instance, they are using Energy Star appliances to do their laundry and wash
their dishes; they are installing Low-Flow shower heads and toilets and are
using faucet aerators to help keep their water usage down without thinking
about it. And some residents are conserving water outside their homes by using
barrels to collect rain water, using reclaimed water, or they simply chose to
not water their lawns and plants.
Answer
the following questions regarding this scenario:
1. Define
this problem in your own words.
2. Compare
and contrast the three proposed solutions.
3. Select
one of the proposed solutions that you feel is most effective for protecting
our water supply and defend that solution.
4. Describe
any weaknesses in your selected solution.
5. Make
suggestions on ways to improve/strengthen your solution. You may include information not described in
the scenario above (e.g., resources you’ve read outside of class).
6. Reflect
on your own thought process after completing the assignment.
a) “What
did you learn from this process?”
b) “Did
you consider the consequences of your solution?”
c) “What
would you do differently next time to improve?”
SPC’s
Assessment of Critical Thinking (ARC) Scoring Template
Rater (scorer) name:
______________________Paper ID: ________________Date: ____________________
Performance
Element
|
Exemplary
(4)
|
Proficient
(3)
|
Developing
(2)
|
Emerging
(1)
|
Not
Present
(0)
|
Score
|
I. Communication
Define problem in your own
words.
|
Identifies the main idea or
problem with numerous supporting details and examples which are
organized logically and coherently.
|
Identifies the main idea or
problem with some supporting details and examples in an organized
manner.
|
Identifies the main idea or
problem with few details or examples in a somewhat organized
manner.
|
Identifies the main idea or
problem poorly with few or no details or states the main idea or
problem verbatim from the text.
|
Does
not
identify the main idea or problem.
|
4
3 2 1
0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
II. Analysis
Compare & contrast the
available solutions.
|
Uses
specific inductive or deductive reasoning to make
inferences regarding premises; addresses implications and
consequences; identifies facts and relevant information correctly.
|
Uses
logical reasoning to make inferences regarding solutions; addresses
implications and consequences; Identifies facts and relevant information correctly.
|
Uses
superficial reasoning to make inferences regarding solutions; Shows
some confusion regarding facts, opinions, and relevant, evidence,
data, or information.
|
Makes unexplained, unsupported,
or unreasonable inferences regarding solutions; makes multiple
errors in distinguishing fact from fiction or in selecting relevant
evidence.
|
Does
not analyze
multiple solutions.
|
4
3 2 1
0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
III. Problem Solving
Select & defend your final
solution.
|
Thoroughly identifies and
addresses key aspects of the problem and insightfully uses
facts and relevant evidence from analysis to support and defend
potentially valid solutions.
|
Identifies
and addresses key aspects of the problem and uses facts and relevant
evidence from analysis to develop potentially valid conclusions or
solutions.
|
Identifies
and addresses some aspects of the problem; develops possible conclusions or
solutions using some inappropriate opinions and irrelevant
information from analysis.
|
Identifies and addresses only
one aspect of the problem but develops untestable hypothesis;
or develops invalid conclusions or solutions based on opinion
or irrelevant information.
|
Does
not
select and defend a solution.
|
4
3 2 1
0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
IV.
Evaluation
Identify
weaknesses in your final solution.
|
Insightfully interprets data or
information;
identifies obvious as well as hidden
assumptions, establishes credibility of sources on points other than
authority alone, avoids fallacies in reasoning; distinguishes appropriate
arguments from extraneous elements; provides sufficient logical
support.
|
Accurately interprets data or
information;
identifies obvious assumptions, establishes
credibility of sources on points other than authority alone, avoids
fallacies in reasoning; distinguishes appropriate arguments from
extraneous elements; provides sufficient logical support.
|
Makes some errors in data or information
interpretation; makes arguments using weak evidence; provides superficial
support for conclusions or solutions.
|
Interprets data or information incorrectly;
Supports conclusions or solutions without evidence
or logic; uses data, information, or evidence skewed by invalid
assumptions; uses poor sources of information; uses fallacious
arguments.
|
Does not evaluate data,
information, or evidence related to final solution.
|
4 3
2 1 0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
V.
Synthesis
Suggest
ways to improve/strengthen your final solution.
|
Insightfully relates concepts and
ideas from multiple sources; uses new information to enhance final
solution; recognizes missing information; correctly
identifies potential effects of new information.
|
Accurately relates concepts and
ideas from multiple sources; uses new information to enhance final
solution; correctly identifies potential effects of new
information.
|
Inaccurately or incompletely
relates concepts and ideas from multiple sources; shallow
determination of effect of new information on final solution.
|
Poorly integrates information from
more than one source to support final solution; Incorrectly predicts
the effect of new information on final solution.
|
Does not identify new
information for final solution.
|
4 3
2 1 0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
VI.
Reflection
Reflect
on your own thought process.
“What did
you learn from this process?”
“What
would you do differently next time to improve?”
|
Identifies strengths and weaknesses
in own thinking: recognizes personal assumptions, values and perspectives, compares
to others’, and evaluates them in the context of alternate points of view.
|
Identifies strengths and weaknesses
in own thinking: recognizes personal assumptions, values and perspectives, compares
to others’, with some comparisons of alternate points of view.
|
Identifies some personal assumptions,
values, and perspectives;
recognizes some assumptions, values and perspectives of
others; shallow comparisons of alternate points of view.
|
Identifies some personal assumptions,
values, and perspectives;
does not consider alternate
points of view.
|
Does not reflect on own thinking
|
4 3
2 1 0
¡ ¡ ¡ ¡ ¡
N/A ¡
Comments:
|
Lampiran 5
Contoh
rubrik tes performance kemampuan berpikir kritis siswa
Sumber: (Cowley, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar